Genius Liar
pukul 5 sore dari kantor, karena jarak antara kantor dan rumah kami yang terbilang cukup dekat, pukul 6 sore biasanya dia sudah
a pasti akan mengabariku lebih dulu. Mungkin karena alasan dirinya begitu terbuka y
tangan mereka sibuk memegang stick game. Mereka sedang memainkan playstation, game Ninja Ultimate ji
permainan. Raefal, suamiku ... berpura-pura memasang wajah ingin menangis, son
ebelum kuputuskan untuk ikut bergabung bersama mereka. Aku duduk
a?" ujar putraku disertai senyuman polosnya ya
yah?" sahut suamiku, b
kalah terus maen game-nya." De
ang jago maen game, bukan
affa. Sesekali dia menggelitik tubuh Raffa, sukses membuat putra kesayangan kami
Raffa tertawa berlebihan seraya memegangi perutnya yang mungkin mulai
capanku tanpa bantahan apa pun, terlihat dari dia yan
ddy, mai
i Daddy yang menang," ujar suamiku penuh semanga
raku yang tampak bersemangat memegang stick di tangannya, terkadang suara teriaka
game-nya bersama Raffa. Senyuman tak pernah luntur dari bibirku saat melihat pemandangan di de
ZK itu? Aku tak tahu jawabannya karena aku sendiri tak berani untuk menanyakannya pada Raefal. Aku terlalu takut, takut jawaban yang kudengar nanti aka
mang payah?" Aku tersenyum lebar menanggapinya, lalu kuberikan anggukan sebagai
ang seraya tiada henti mulut mungilnya berteriak kegirangan
efal seraya menoleh padaku. Aku tak tahu harus bereaksi a
pasti menang," ajak suamiku yang langsu
adari waktu sudah menunjukan pukul 9 malam sekarang. "Udah cukup mainnya ya. Waktunya Raffa tidur." Ak
me sama Daddy," rajuk Raffa, menola
h ke arah Raefal seolah meminta bantuan pada ayahnya untuk membujukku. Kupelototi Raefal ketika dia menatapku, m
sok kita maen game lagi," ucap Raefal, ak
aku masih ma
lanjutin ya,
kekeh melihat tingkah laku putra kami yang sangat menggemaskan ini, lantas tanpa ragu dia pun mengulurkan keli
menin dia tidur," pamitku, yang
g tak hentinya mengoceh. Raffa memang sumber kebahagiaan dan keceriaan dalam hidupku. Tanpa dia, entahlah ... ak
muti dia begitu tubuh kecilnya sudah berbaring nyaman di atas tempat tidur. Menepuk-ne
wood, entah apa judulnya karena aku lebih tertarik untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan suamiku. Kepalanya tertunduk, terlihat jelas tidak tertuju pada layar televisi, melainkan tertuju pada layar ponsel dalam genggaman tangannya. Dari bel
ah tidur?"
anggukan kecil,
menepuk-nepuk karpet kosong di sebelahnya. Aku me
malam, mendingan kamu juga tidur. Be
r duluan. Bentar lagi aku nyusul." Mendengar dia menjawab seperti itu, tak ada alasan lag
elap, banyaknya kegiatan hari ini cukup meng