That Prince Is A Girl: The Vicious King's Captive Slave Mate.
The Jilted Heiress' Return To The High Life
Between Ruin And Resolve: My Ex-Husband's Regret
Rejected No More: I Am Way Out Of Your League, Darling!
Don't Leave Me, Mate
My Coldhearted Ex Demands A Remarriage
Requiem of A Broken Heart
Marrying A Secret Zillionaire: Happy Ever After
His Unwanted Wife, The World's Coveted Genius
Pampered By The Ruthless Underground Boss
Di keheningan malam di mana para manusia tengah terbuai dalam bunga tidur. Seorang pria sedang duduk bersandar di dahan pohon dengan mata terpejam. Bukan, dia bukan sedang tidur seperti manusia pada umumnya, karena dia bukan manusia. Melainkan, seorang vampir darah murni.
Rowan Dawson namanya. Putrra pemimpin klan Dawson yang kini sedang merenung seorang diri di dalam hutan.
Penciumannya yang tajam tiba-tiba mencium aroma seseorang yang mendekat. Dari aroma darahnya, Rowan tahu siapa yang datang untuk mengganggunya.
“Sudah kuduga kau ada di sini.”
Rowan mendengus, sangat malas membuka mata hanya demi meladeni sosok yang selalu tahu cara mengganggu ketenangannya.
“Buka matamu, Rowan. Ayo kita bicara. Aku sudah mendengar masalahmu. Pasti kau sedang membutuhkan teman mengobrol sekarang, benar?”
Rowan mendesis ketika dengan jahilnya orang itu menjewer telinganya, hingga dengan terpaksa Rowan membuka mata, mendelik tajam pada saudara kembarnya yang selalu datang mengganggu, Roul Dawson.
“Sehari saja jangan ganggu aku, bisa tidak?”
Roul terkekeh, “Tidak bisa. Kita ini kembar. Suka maupun duka harus ditanggung bersama.”
Rowan mendecih sembari membuang muka saat Roul tiba-tiba mendekatkan wajahnya.
“Hei, benar ayah menjodohkanmu dengan Rose?”
Kedua tangan Rowan terkepal, dia malas menjawab karenanya dia abaikan pertanyaan itu.
“Terima saja. Dia cantik, vampir darah murni juga. Kalau kau menikahinya, sama saja kau menjaga kelangsungan keturunan darah murni.”
“Apa ayah menyuruhmu untuk membujukku menikahi Rose? Kau jadi sekutu ayah, rupanya.”
Roul tertawa, melihat kembarannya yang selalu bersikap dingin dan sok keren, kini sedang cemberut lucu, menurutnya ini hal yang langka.
“Serius, kau menuduhku seperti itu? Kau kan tahu aku tidak dekat dengan ayah. Anak kesayangan ayah itu kau, bukan aku.”
Rowan memalingkan wajah, menatap serius iris semerah darah kembarannya yang sejak tadi memasang wajah jenaka, kini berubah serius. Lantas dia mengembuskan napas lelah.
“Sudah kubilang, jangan katakan itu. Ayah menyayangi kita berdua.”
“Entahlah, aku ragu.” Roul ikut menyandarkan punggung pada pohon, di sebelah kembarannya. “Kurasa, ayah akan menunjukmu sebagai calon penggantinya sebentar lagi.”
Mendengar ucapan Roul yang menurutnya konyol, Rowan mendelik tajam. Siapa yang menginginkan posisi menjadi pemimpin klan? Rowan tak pernah menginginkannya. Satu-satunya yang pantas menempati posisi itu hanya Roul. Ya, kembarannya yang lahir beberapa menit lebih dulu darinya itu.
“Omong kosong. Ayah pasti akan menunjukmu sebagai calon penggantinya.”
“Tidak. Menurutku ....” Roul mengatupkan mulutnya kembali mendapati tatapan tajam dari Rowan.
“Di dunia ini hanya kau yang pantas menjadi calon pemimpin klan.”
Dan Roul hanya bisa tersenyum tipis mendengar penuturan saudaranya. “Sebenarnya ....” jeda Roul sembari menatap lurus ke depan. “.... menurutku juga begitu.”
Dengusan kasar Rowan mengudara. Dan di detik berikutnya, keduanya tergelak dalam tawa.
“Kudengar Rose memohon pada ayah agar dijodohkan denganmu.” Roul mengalihkan topik pembicaraan setelah tawa mereka reda.
Malas membahas ini, Rowan mengangkat kedua bahunya, tak peduli.
“Nikahi saja dia. Toh kau tidak akan bisa lari darinya. Dia terobsesi padamu. Dia tidak akan berhenti mengejarmu sampai berhasil mendapatkanmu.”
“Aku tidak mencintainya,” jawab Rowan, menuturkan alasannya tak ingin menerima perjodohan itu.
“Cinta?” gumam Roul. “Memangnya vampir dingin dan kaku sepertimu, mengenal cinta? Memangnya kau suka wanita? Rasanya mustahil. Akan masuk akal jika kau sendirian seumur hidup atau ....”